Tong Kosong Indonesia Bunyinya
Harga
Rp 30.000,-
Penulis : Yusuf Maulana
Halaman : 170
Dimensi : 14x20 cm
Berat : 183 gram
Sinopsis
Ketika berbicara tentang Indonesia, maka hakikatnya kita tengah membincangkan sebuah negara “besar” yang berpenduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Dibandingkan ketiganya, kualitas Indonesia—dari berbagai segi—masih berada di bawahnya. Cina terkenal dengan peniru ulungnya, India terkenal dengan Bajajnya, sedangkan Amerika terkenal dengan “Adidaya”-nya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Ada. Ada sesuatu yang sangat dibanggakan di negeri Indonesia. Apa itu? Ya, itu adalah omong kosong bernama citra. Dan “kabar baiknya”, banyak yang menyukainya hingga suara tong kosong itu pun nyaring menyuarakan INDONESIA.
Karenanya, jangan heran jika mereka bangga menjadi negara pengimpor hasil pertanian terbesar meski berpredikat negara agraris; bangga dengan peringkat ke-5 dunia dan ke-1 di Asia Pasifik dalam bidang korupsi; bangga dengan pendidikan yang menduduki peringkat ke-64 dari 120 negara; bangga dengan status buruh di negeri sendiri; bangga dengan banyaknya aktivis HAM, tetapi selalu bungkam jika yang mayoritas terzalimi; bangga pada anak-anak bangsa yang begitu berani mempreteli agama yang mulia ini—Islam! Dan, ini baru secuil—belum semuanya?
Halaman : 170
Dimensi : 14x20 cm
Berat : 183 gram
Sinopsis
Ketika berbicara tentang Indonesia, maka hakikatnya kita tengah membincangkan sebuah negara “besar” yang berpenduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Dibandingkan ketiganya, kualitas Indonesia—dari berbagai segi—masih berada di bawahnya. Cina terkenal dengan peniru ulungnya, India terkenal dengan Bajajnya, sedangkan Amerika terkenal dengan “Adidaya”-nya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Ada. Ada sesuatu yang sangat dibanggakan di negeri Indonesia. Apa itu? Ya, itu adalah omong kosong bernama citra. Dan “kabar baiknya”, banyak yang menyukainya hingga suara tong kosong itu pun nyaring menyuarakan INDONESIA.
Karenanya, jangan heran jika mereka bangga menjadi negara pengimpor hasil pertanian terbesar meski berpredikat negara agraris; bangga dengan peringkat ke-5 dunia dan ke-1 di Asia Pasifik dalam bidang korupsi; bangga dengan pendidikan yang menduduki peringkat ke-64 dari 120 negara; bangga dengan status buruh di negeri sendiri; bangga dengan banyaknya aktivis HAM, tetapi selalu bungkam jika yang mayoritas terzalimi; bangga pada anak-anak bangsa yang begitu berani mempreteli agama yang mulia ini—Islam! Dan, ini baru secuil—belum semuanya?
Komentar (0)
Posting Komentar